MELINTASI BUKIT GRANIT

JAZIRAH ARAB

Oleh: A.A. Navis

 

Bukit granit coklat kehitaman Jazirah Arab

Puncaknya tinggi-rendah menadah terik

Perut dan punggung lereng sama kerontang

Laju berlari menyonsong arah

Ketika bus kami menembus panas tengah hari

Pada perjalanan dari Madinah ke Mekah

Dalam alunan suara jemaah sama seirama

“Labaik, ya, Labaik….”

 

Terpana aku memandang ke luar jendela bus

Tenggelam dalam alam tak pernah terbayangkan

Nanar mengikuti lekuk-lekuk perbukitan

Di kala ingat pada Muhammad Rasulullah

Dalam pelarian tanpa menghitung hari

Menuntun jemaah hijrah ke Madinah

Diburu bangsa sesama Quraisy

Yang mengingkari kenabian Sang Al Amin.

 

Termangu aku mengenang derita muhajirin

Yang tua, yang bayi, laki-laki dan perempuan

Menjelajahi padang pasir, bukit granit gersang

Berjatuhan satu satu tak terhitung

Berkubur di celah granit panas terpanggang

Melawan amsal ” Asal tanah kembali ke tanah”

Yang mati dan hidup sama bertakwa

Menjalani sejarah yang tak bertara.

 

Renungan menerawang ke masa revolusi

Pada pahlawan yang menyingkir dari desa ke desa

Menghindari buruan musuh perang gerilya

Berguguran satu demi satu sampai beribu

Teringat long march partisan Mao

Menyelusuri sungai, hutan rimba dan lembah

Menghindari musuh dalam perang saudara

Demi kebenaran melawan ketidakbenaran.

 

Apa arti deritanya berbanding ummat Muhammad

Ketika hijrah dari Mekkah ke Medinah

Demi kebenaran yang diyakini benar.

 

Mekah, 24. 04.94.