Bagi A.A. Navis, kesusateraan adalah hal yang penting agar setiap manusia terlatih melihat fenomena alam, berpikir kritis sekaligus solutif untuk kepentingan orang banyak serta setiap orang pandai menulis yang dibutuhkan setiap manusia dalam meniti karirnya di bidang apapun.
Untuk meujudkan itu, ia selalu aktif mendorong kemajuan dunia kesusasteraan, terkhusus di Sumatera Barat karena di propinsi inilah A.A. Navis bermukim sepanjang hidupnya. Cara ia mendorong kemajuan dunia sastera, tidak saja dalam bentuk penyampaian makalah di berbagai seminar, tapi juga ikut nongkrong dan berdialog dengan para sastrawan ataupun sastrawan muda ataupun yang ingin jadi sastrawan di lepau-lepau dimana mereka sering berkumpul. Umpamanya di Taman Budaya Padang atau di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Berbagai macam persoalan bermunculan dalam dialog-dialog itu dan berbagai macam solusi pula terungkap untuk mengatasi persoalan yang dibicarakan. Umpamanya muncul persoalan apa ukuran seseorang itu layak dikatakan sastrawan. A.A. Navis pun berkata dengan gaya nylenehnya yang khas: “Kalau karyamu sudah ‘terkitab‘ atau sudah dimuat di media cetak utama, baru kamu bisa dikatakan selevel dengan saya.” Jika ada yang berhasil, maka dilaksanakan penghargaan seperti bedah buku atau makan-makan bersama di restoran. Jika tidak ada bantuan biaya, maka A.A. Navis membiayai acara itu dari kantongnya sendiri.
Bagi A.A. Navis yang didik oleh lingkungan egaliter khas kebudayaan Minangkabau, berdialog memang merupakan salah satu cara yang memperkaya isi tulisan-tulisan dan karya-karyanya selain berbagi ilmu dengan yang lain. Dengan kawan-kawan sebaya atau lebih tua sedikit atau lebih muda sedikit adalah kawan berdebat. Sedangkan dengan yang muda-muda adalah kawan berdialog dan beraktiitas.
Hambatan A.A. Navis dalam meujudkan obsesi kesusasteraannya itu adalah sikap penguasa yang dinilainya memusuhi dunia sastra. Untuk mengatasinya, maka cara2 itulah yang dilakukan. Terus aktif, terus berdialog dan hargai dengan pantas orang-orang yang berhasil dengan karyanya.