K A T A
Oleh: A.A. Navis
Dari waktu ke waktu
teguh aku tunggu tanda zaman
bagai enggang jantan mengeram
telor tinggi di pohon kayu.
Bila habis waktu menunggu
aku rangkul dan telan punah
bahkan dengan bayanganku
enggan aku berbagi tangan menadah.
Dan kepadamu
aku katakan dari balik pintu
—maaf dulu
aku masih menunggu—
Menunggu itu jemu
siang terlalu panjang
malam terlalu kelam
hari tak pernah berlari.
Menanti sendiri itu sepi
iri melihat kau bercanda
yang berkata menunggu itu dungu
yang berbagi rezki pandir.
Bila habis kisah menunggu
tak pada satupun mau aku berbagi
siapa tahu
lain dikata lain di hati.
07.03.51
Leave A Comment